Ketika Buku Dipercaya

Ketika buku dipercaya.
Sejenak ku berpikir apa yang aku bisa perbuat dan berikan untuk umat manusia di dunia. Terlalu muluk memang, tapi aku senantiasa menanyakan hal ini kepada diriku dengan harapan suatu saat sebuah ilham masuk ke hatiku untuk mewujudkannya.

Teman-temanku telah asyik memberikan karya terbaiknya pada dunia. Dunia, bukan hanya tanah airnya. Mereka melancong ke negeri seberang, negeri adikuasa, negeri penjajah tanah air (penguasa ekonomi di Indonesia), dan bahkan Timur Tengah. Dengan bangganya mereka menulis pengalaman mereka di negara tempat mereka mengabdi di milis. Mereka saling bertukar pikiran tentang wisata kuliner di negara masing-masing, saling membandingkan pelayanan KBRI, perlakuan pribumi kepada warga Indonesia, dan masih banyak lagi. Itu positif. Aku pun tak iri hati. Bahkan aku berterima kasih kepada mereka karena mau berbagi cerita tentang dunia lain yang tak pernah ku kunjungi. Walhasil, malah mereka membuatku termenung untuk selalu bertanya apa yang aku bisa perbuat sehingga dunia dapat merasakan karya terbaikku, sehingga saudara-saudaraku di luar sana mendapatkan manfaat dari jerih payahku.

Pekan ini, aku mendapatkan kesibukan sedikit dengan membaca buku “Quantum Ikhlas” karya Erbe Sentanu. Orang bilang buku ini sama dengan “The Secret”. Dijelaskan di situ bahwa setiap orang mempunyai energi yang luar biasa yang datang dari dalam perasaannya atau bawah sadar. Begitu dahsyatnya energi ini sehingga dapat mempengaruhi alam nyata. Manusia tinggal mencari tombolnya di gelombang otak di channel alpha atau bahkan tetha. Ketika tombol atau gelombang sudah ditemukan dari hasil latihan dan tuning setiap saat, seseorang bisa meng-afirmasi dan meng-visualisasikan keinginannya. Dan…… tidak ada yang tidak mungkin buat Tuhan (kata buku tersebut). Allah mengabulkan permintaan setiap hambanya. Hanya saja terkadang manusia tidak khusyuk dalam berdoa. Nah, dengan metode yang diajarkan di buku tersebut, dikatakan bahwa keinginan kita yakin terkabul, karena pada saat meng-afirmasi dan meng-visualisasikan keinginan (baca: doa) otak bekerja pada gelombang alpha yang tidak lain dan tidak bukan adalah suasana khusyuk. Untuk jelasnya silahkan baca buku “Quantum Ikhlas”.

Apa hubungannya dengan karya terbaikku?
Di sinilah aku menerapkan langkah-langkah yang diajarkan oleh Erbe Sentanu untuk berdoa kepada Allah SWT menanyakan dan memohon solusi.

Aku merenung di gelombang khusyuk sehabis jam kerja (perlu beberapa hari untuk menemukan gelombang tersebut). Lebih dari tiga puluh menit aku merenung. Tapi entah mengapa, seolah-olah aku menemukan jawabannya. Yakni menulis.

2 comments:

Borrys Hasian said...

Dengan niat yang lurus dan jalan yang benar, insya ALLAH dimanapun saudara puji berada, bs memberikan karya yg dapat membawa kebaikan dunia dan kemuliaan akhirat.
Jangan lupa mengucap 'Bismillahirrahmaanirrahiim' dalam setiap karya, supaya sifat 'rahman' dan 'rahim' menempel pada setiap karya, sehingga bs berguna dan tidak merugikan orang lain.

Puji T said...

Terima kasih Bro Borrys.